Diceritakan oleh Syekh Abdullah Al-yafi’i dina kitab Raodur-Riaohiin. “Jaman dahulu ada seorang raja yang sangat lalim dan bangis , tidak sayang kepada sesama makhluk , tidak sayang kepada sang lemah , betul-betul sombong merasa dirinya sang raja yang berkuasa. Rakyatnya tidak diperhatikan , ia mengikuti hawa nafsunya dan amarah –nya, merasa dirinya paling tinggi berkuasa, tidak ada yang berani menentangnya.

Kehidupan sehari-harinya hanya dikerubungi oleh gadis-gadis cantik. disetiap kampung, gadis-gadis cantik diboyong keistananya. Dia menyembah yang tidak umum, yaitu setan dan siluman, batu dan api. Pada suatu ketika, raja itu diperangi oleh pasukan islam dan ternyata kalah, dan raja itu ditawan, dibelenggu oleh pasukan islam. Keputusan dari Mahkamah Agung, raja itu harus dihukum mati. Pasukan Islam dan masyarakat bermusyawarah bagai mana caranya menghukum mati raja itu, agar terasa sakit dan perlahan-lahan. 

Semuanya mufakat, raja itu akan direbus dalam kancah berisi ancuran timah dengan api yang berkobar-kobar. Ketika hukuman itu akan dilaksanakan, raja itu memanggil kepada setiap yang disembahnya untuk meminta pertolongan, tetapi tidak ada yang datang menolongnya. Sambil menengadahkan kepalanya ke langit dan lidahnya mengucapkan kalimat Laa ilaahaillallaah, sambil mengangis berdo’a dengan ikhlas , mohon pengampunan Allah dan mohon diselamatkan dari siksa’an. Dengan kuasa dan Allah yang menyayangi hambanya, meskipun raja itu seorangan yang durhaka asalnya, apa bila bertaubat kepada-Nya sudah pasti akan diampuni. Tiba-tiba turun hujan yang sangat leahat, tidak disangka karena bukan musimnya. Kuasa Allah, hujan itu lebat sekali menimpa dimana sang raja terbelenggu dan api yang sedanag berkobar-kobar yang daklam sekejap api itu padam, diiringi angina topan yang menerbangkan kancah berisi cairan timah dan raja yang terbelenggu ke atas, ke udara antara langit dan bumi. 

Sang raja tidak henti-hentinya memuji kepada yang Maha Suci dibarengi dengan mengucapkan kalimah Laa ilaaha illallaah tanpa putus. Kanca tersebut akhirnya jatuh disitu tempat yang penduduknya tidak beriman dan beribadah kepada Allah. Raja itu tetap mengucapkan kalimat ikhlas, dibarengi tebalnya keyakinan , betul-betul diimankan ucapan dan tekadnya, tidak nyeleweng dari yang diucapkanny yaitu kalimat Laa ilaaha illallaah, tembus kedalam jantungnya, menghujam kedalam hati sanubarinya. Setelah raja dan kancahnya jatuh ketanah, lalu ditoloang oleh penduduk dan dikeluarkan serta dibuka belenggunya. Setelah itu penduduk bertanya , apa sebabnya dia ada dikancah itu dan terbelenggu. Sang raja menceritakan semua pengalamannya tanpa ada yang terlewawt dari awal sampai akhir. Dai bercerita bagaimana kelakuannya dahulu,

kebengisannya dan kesombongannya, diakhiri dengan diserbunya negaranya oleh pasukan Islam, serta kalah dan dia ditawan dan akhirnya dihukum mati dengan jalan direbus dengan kancah berisi cairan timah panas. Selesai dia bercerita, penduduk ditempat itu langsung samuanya beriman kepada AllahSWT.
 
Top