DEDIKASI & UCAPAN TERIMA KASIH

SECARA GENERAL, gagasan penulisan buku ini muncul ketika penulis masih belajar di Mesir. Lama kelamaan, gagasan tersebut menguat menjadi semacam obsesi. Gagasan yang paling pokok, waktu itu, yang berubah menjadi impian saya, adalah menulis Ensiklopedi Ulama dengan model yang paling simpel,


dengan meniru atau mengambil contoh tradisi yang hidup dan berkembang dalam dunia Arab Islam berupa penulisan kitab-kitab Thobaqôt. Setelah mengasah gagasan ini, khususnya lewat berbagai diskusi dengan ayah saya sendiri, HA. Thoyfoer MC, dan juga Gus Mus, akhirnya dengan membaca Bismillâh, saya memutuskan untuk menulis tentang Mbah Ma’shum dahulu. Gagasan-gagasan lain akan penulis taruh dalam karya-karya yang Insya-Allah akan tetap penulis munculkan dalam beberapa waktu mendatang.
Pada proses diskusi di atas muncul pikiran bahwa jika saya mampu menulis Ensiklopedi Ulama Lasem, maka saya akan bisa menulis lebih banyak ulama lagi. Dari sini, fokusnya kewilayahannya adalah kiai yang berasal dari Lasem. Mengapa harus menulis Mbah Ma’shum, dan bukan kiai lainnya? Ini adalah pertanyaan yang penulis tanyakan sendiri beberapa waktu sebelum mengambil keputusan. Alasannya sangat praktis dan simpel; bahwa peri kehidupan Mbah Ma’shum adalah yang paling mudah untuk ditulis di antara kiai-kiai lainnya.
***
Penulisan buku BIOGRAFI MBAH MA’SHUM LASEM ini bukanlah dimaksudkan untuk mengagungkan dan mengunggulkan kepribadian beliau, dan bukan pula sekedar untuk mengenangnya. Bukan pula disebabkan karena keterbuaian penulis oleh nama besar pendahulu kita itu. Penelaahan atas biografi beliau harus dilakukan melalui proses atau koreksi atas kekurangannya, serta mengembangkan kelebihannya. Inti yang paling utama dari pengangkatan biografi beliau ini adalah keharusan adanya sesuatu yang bisa diambil dari proses perjalanan dan perjuangan hidup beliau, untuk kepentingan kita, baik pribadi maupun kolektif. Secara umum, penulis mendedikasikan buku ini kepada siapa saja yang dapat menjadikan peri kehidupan Mbah Ma’shum sebagai sebuah suri tauladan (uswah hasanah) yang perlu diikuti dan dikembangkan dalam rangka mengarungi kehidupan yang lebih kompleks.
Alhamdulillah, di sela-sela kesibukan harian penulis, buku ini akhirnya selesai juga. Penulisan buku ini tidak akan dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan buku ini. Pertama, penulis haturkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yang telah dan senantiasa memberikan dukungan spirit, moral dan material, sehingga penulisan buku ini mencapai tujuannya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak-pihak keluarga besar yang amat kooperatif dan kondusif dalam memberikan bahan-bahan; mereka antara lain Ibu Nyai Azizah, yang juga telah memberikan prakata mewakili keluarga Mbah Ma’shum; ibu Nyai Hamnah (Demak); Ibu Nyai Faizah; Gus Zainuddin; Gus Shihab dan Gus Zaim serta Gus Nurul Huda (Demak). Segenap nara sumber yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, mereka semuanya dengan bersemangat menjelaskan beberapa hal berkaitan dengan Mbah Ma’shum.
Penulis juga menghaturkan terima kasih kepada Pak Habib Ridwan (Soditan, Lasem), Pak Dzulkifli (Bawang, Batang), serta ayah saya sendiri, yang masing-masing telah memberikan pondasi-pondasi informatif, pada awal-awal penulisan buku ini, berkaitan dengan informasi sekitar Mbah Ma’shum. Juga kepada KH. A. Mustofa Bisri atau Gus Mus, Pak Najib Hassan (Kudus), yang masing-masing memberikan kontribusi ide, dan terutama spirit, yang amat berharga bagi penulis dalam mengembangkan tulisan-tulisan. Penuturan-penuturan KH. Abdullah Faqih (Langitan, Tuban), KH. Subki Masyhadi (Sampangan, Pekalongan) serta KH. Imron Masyhadi (Tirto, Pekalongan), yang masing-masing menyampaikan dengan semangat yang luar biasa, juga menjadi inspirasi penting untuk mengembangkan nalar-nalar penulis dalam menyusun buku ini, sehingga penulis amat berterima kasih kepada beliau.
Penulis juga terkesan dengan semangat yang disampaikan oleh KH Mas’adi (Kajen Pati) dalam memberikan masukan-masukan yang berkaitan dengan hubungan antara Mbah Ma’shum dan KH. Nawawi (Mlonggo, Jepara). Penulis memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada beliau yang, walaupun sudah uzur, namun memiliki daya ingat yang luar biasa. Untuk sahabat Sirojuddin Arif yang di sela-sela kesibukannya untuk menimba pengetahuan di Inggris masih mau menyempatkan diri untuk memeriksa naskah ini. Juga untuk Mas Jadul Maula yang telah meluangkan waktunya untuk memeriksa naskah ini, serta rekan-rekan LKiS yang telah menyediakan diri untuk mencetak dan menerbitkan buku ini.
Seluruh kebenaran dalam buku ini adalah hasil olah semua pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, sedangkan kekurangan yang ada di dalamnya merupakan kekurangan penulis secara pribadi. Penulis amat terbuka untuk menerima koreksi dan masukan dari para pembaca. Semoga buku ini membawa manfaat bagi semuanya. Amin!
Lasem, Januari 2007   

M. Luthfi Thomafi       
 


GURU-GURU MBAH MA’SHUM
    KIAI NAWAWI (MLONGGO, JEPARA)      
    KIAI SIROJ (KAJEN, PATI)              
    KIAI ABDUS-SALAM (KAJEN)          
    KIAI UMAR BIN HARUN (SARANG, REMBANG)  
    KIAI RIDHWAN (SEMARANG)          
    KIAI HABIB IDRIS (SOLO)              
    KIAI DIMYATI (TERMAS)              
    KIAI SYAROFUDDIN (KUDUS)          
    KIAI MA’SHUM (DAMARAN, KUDUS)      
    KIAI HASYIM ASY’ARI              
    KIAI KHOLIL BANGKALAN          
 
Top