Museum Ulen Sentalu adalah museum swasta, didirikan oleh Keluarga Haryono di bawah Yayasan Ulateng Blencong yang mendapat dukungan para sesepuh Dinasti Mataram, diantaranya I.S.K.S PB XII, GBPH Poeger, KGPAA PA IX, GRAy. Siti Nurul Kusumawardhani, dan mantan ibu negara Ibu Hartini Soekarno. Secara resmi dibuka Gubernur DIY, Paku Alam VIII pada 1 Maret 1997.
Ulateng Blencong Sejatine Tataraning Lumaku, adalah akronim dari ULLEN SENTALU

Koleksi museum adalah sejarah seni dan budaya Mataram yang merupakan warisan intangible yang dituangkan dalam karya-karya fine arts a-l: lukisan dan foto keluarga Mataram, batik kraton yang dapat membuka ruang dan waktu dalam penelusuran sejarah Mataram Islam maupun Klasik yang menjadi sumber identitas budaya bangsa.

Lokasi di Kawasan Wisata Kaliurang di kaki Gunung Merapi yang merupakan tempat sacral dan panorama alam nan indah menjadi inspirasi penggagas arsitektur museum untuk mendesain bangunan secara “In The Field Architecture Concept”, dimana bangunan dibuat dengan mengindahkan landscape dan menyatu dengan alam itu sendiri.

Pimp : KRT. Thomas Haryonagoro,
tiket masuk : US $ 4 (mancanegara) DOMESTIK Rp. 20.000, pelajar Rp. 10.000
buka : Selasa – Minggu , pkl. 9.00 – 16.00 WIB (libur nasional tetap buka)
web site : www.ullensentalu.com e-mail: info@ullensentalu.com
tel/fax : (274) 880158, 895161 / 881743 (Ida/Sinang)


TOURISM : MUSEUM SONOBUDOYO (YOGYAKARTA)

JAVA Institut merupakan embrio dari keberadaan Museum Negeri Sonobudoyo. Yakni, sebuah organisasi yang mendalami tentang kebudayaan Jawa dimana anggotanya terdiri dari orang-orang kulit putih dan Indonesia. Ir Th Karsten merupakan arsitek yang membuat perencanaan bangunan. Setelah terkumpul beberapa koleksi benda-benda budaya dari wilayah Jawa, Madura, Bali dan Lombok, akhirnya pada tgl 6 November 1935, Museum Sonobudoyo diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII, yang menempati bekas kantor Schauten di sisi utara Alun-alun Utara Kraton Jogja.

Sampai saat ini, Museum Sonobudoyo memiliki 42.698 koleksi yang terdiri dari 10 kategori, yakni koleksi geologika, biologi, etnografi, arkeologika, historika, numismatika, filologika, keramologi, seni rupa dan teknologika. Selain ruang pamer sebagai tempat memajang benda-benda koleksi, Museum Sonobudoyo juga dilengkapi dengan auditorium, storage koleksi, perpustakaan, laboratorum, preparasi, kantor dan fasilitas umum.

Manapakkan kaki memasuki pendapa museum, yang merupakan bangunan tertua di kompleks museum, akan dijumpai 3 perangkat gamelan. Seperangkat gamelan kuno Kyai Mega Mendhung dari Kraton Kasepuhan Cirebon menempati sisi barat, sedang 2 perangkat gamelan slendro pelog Kyai dan Nyai Riris Manis (dibuat pada masa Sri Sultan HB VI, -Red) yang bergya mataram berada di sisi timur.

Dari pendapa melewati pringgitan sampailah di ruang dalam yang berfungsi sebagai ruang pengenalan, dimana terdapat sebuah pasren atau krobongan berikut kelengkapannya, sebagai perangkat untuk upacara pemujaan Dewi Sri atau Dewi Padi yang telah memberikan kemakmuran.
Di ruang pengenalan ini terdapat koleksi Wayang Kulit Purwa, koleksi ukir kayu motif Cirebon, Genta besar dari Candi Kalasan, miniature Kereta Kuda, koleksi topeng kayu gaya Jogja, kain batik gaya Jogja dan kain kampuh. Ruang Pengenalan ini berfungsi untuk memperkenalkan berbagai jenis koleksi, sebelum mencermati koleksi-koleksi yang di pajang di ruang pamer berikutnya.

Meninggalkan Ruang Pengenalan, selanjutnya menuju Ruang Pra Sejarah yang menyajikan benda-benda peninggalan jaman pra sejarah yang menggambarkan cara hidup seperti berburu, mengumpulkan dan meramu makanan, cocok tanam dan aktivitas ritual manusia purba.
Ruang Klasik dan Peninggalan Islam adalah ruang pamer berikutnya. Di ruang ini terdapat koleksi bersejarah peninggalan jaman Hindu-Budha sampai ke masa kerajaan Islam, yang menggambarkan system kemsyarakatan, bahasa, religi, kesenian, ilmu pengetahuan, peralatan hidup dan system mata pencaharian.

Meninggalkan Ruang Klasik dan Peninggalan Islam menuju ke Ruang Batik. Melihat koleksi yang dipamerkan di Ruang Batik, dapat dlihat bagaimana cara pembuatan, bahan, peralatan serta beragam fungsi batik yang dilengkapi dengan dokumentasi foto.

Setelah Ruang Batik, koleksi selanjutnya dapat dilihat di Ruang Wayang. Di ruang ini dapat diketahui beragam misi pertunjukan wayang yang tidak melulu memainkan lakon Mahabarata dan Ramayana. Wayang dengan menyesuaikan situsi dan kondisi mampu dikemas dengan mengangkat lakon-lakon yang lebih akrab dengan lingkungan dan kehidupan masyarakat pendukungnya, atau dengan penampilan misi-misi tertentu.

Ruang Topeng menjadi tempat memajang koleksi berikutnya. Di ruangan ini, dengan melihat koleksi topeng yang ada dapat ditelusuri perkembangannya yang diringi oleh perkembangan nilai-nilai budaya yang melingkupinya baik sebagai perangkat upacara, pertunjukan atau hanya seni rupa semata.

Ruang Jawa Tengah dipenuhi dengan koleksi berupa hasil kerajinan kayu, perak dan logam serta berbagai sarana perlengkapan upacara daur hidup secara lengkap sebagai bagian dari tradisi masyarakat Jawa Tengah.

Selepas Ruang Jawa Tengah adalah Ruang Bali yang terbagi dalam 3 ruang. Sebagaimana ciri khas kehidupan masyarakat Bali, diruang ini penuh dengan koleksi yang bermakna keagaam dan tradisi kemasyarakatan. Seperti perangkat upacara serta tradisi-tradisi yang melingkupinya seperti rumah adat, penari keris dan sabung ayam.

Yang tak kalah menarik dari koleksi peninggalan sejarah yang dimiliki Museum Sonobudoyo adalah koleksi emas yang terpampang dengan megahnya di Ruang Emas. Keaneka ragaman bentuk dan jumlah koleksinya menjadi daya tarik tersendiri. Koleksi yang dipajang tak hanya emas sebagai perhiasan, seperti gelang, cincin, kalung dan sebagainya, tetapi juga terdapat beberapa patung dewa-dewi, topeng, senjata, mata uang sampai yang masih berupa lempengan.
Melihat koleksi Museum Sonobudoyo, ingatan akan tergiring kembali ke masa lalu yang kaya dengan tradisi kehidupan. Tradisi hubungan antar masyarakat, kerajaan dan hubungan dengan para dewa-dewi yang diyakini telah memberikan kehidupan.

Museum yang juga merupakan sarana pendidikan, khususnya dalam bidang seni-budaya dan kepurbakalaan ini, dapat dikunjungi pada hari : Selasa s/d Kamis: Pukul 08.00-13.00 WIB Jumat & Sabtu : Pukul 08.00-11.00 WIB Minggu : Pukul 08.00-12.00 WIB (Jo/Sin)



TOURISM : MUSEUM SASANA WIRATAMA DIPONEGORO (YOGYAKARTA)

Museum ini menempati areal tanah seluas 2 hektar, terletak di kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Bangunan inti monument berarstiektur tradisional Jawa dengan bentuk joglo yang terdiri dari bangunan pendapa dan pringgitan. Bangunan tersebut terakhir dipugar pada tahun 1987.

Museum Monumen Pangeran Diponegoro memiliki 100 buah koleksi yang terdiri dari berbagai jenis senjata tradisional seperti keris, tombak, pedang, panah, dan bedil. Sedang koleksi unggulannya berupa bangunan tembok berlubang (jebol) yang menurut sejarah merupakan
bangunan yang dijebol oleh Pangeran Diponegoro guna meloloskan diri dari kepungan kompeni.

Di samping itu ada beberapa koleksi yang diperlakukan khusus, yaitu koleksi yang merupakan peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono II yang berasal dari tahun 1752. Koleksi tersebut berujud ketipung (kendang kecil) dan wilahan binang penempung yang terbuat dari kayu dan perunggu berwarna merah dan kuning.

Museum Monumental Pangeran Diponegoro dibuka setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08.0-13.00 WIB


TOURISM : MUSEUM SASMITA LOKA JENDERAL SUDIRMAN (YOGYAKARTA)

Museum in terletak di jalan Bintaran Yogyakarta dan merupakan bekas rumah kediaman Panglima Besar Jendral Sudirman, jendral pertama dalam angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Dalam museum ini, para pengunjung dapat menyaksikan berbagai senjata api (diantaranya merupakan senjata api buatan sendiri) dan berbagai peralatan perang lain yang dipergunakan dalam revolusi phisik menghadapi musuh-musuh Negara.

Diantaranya benda-benda peninggalan Panglima Besar Sudirman, terdapat tandu (kursi yang dilengkapi dengan tangkai pemikul) yang setia membawa beliau selama bergerilya, dibuka tiap hari jam 08.00-14.00 WIB


TOURISM : MUSEUM BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA (YOGYAKARTA)

Terletak di Jalan Sultan Agung no.22 Yogyakarta, merupakan sarana pendidikan tentang satwa (fauna) dalam alam tumbuhan (flora) Indonesia. Dalam museum ini dapat disaksikan berbagai macam herbarium kering dan basah, berbagai jenis binatang dan kerangkanya. Sebagain diantaranya diperagakan dalam bentuk diorama, yang memperlihatkan kehidupan binatang dan tumbuh-tumbuhan tersebut, menyerupai keadaan di alam aslinya.

Museum ini buka setiap hari:
Selasa s/d Kamis: Pukul 08.00-13.30 WIB Jumat : Pukul 08.00-11.00 WIB
Sabtu : Pukul 08.00-12.30 WIB Minggu : Pukul 08.00-12.00 WIB


TOURISM : MUSEUM AFFANDI (YOGYAKARTA)

Museum ini terletak di sisi sebelah Utara dari jalan Solo nomor 167, tepatnya di lereng sebelah Barat jembatan sungai Gajah Wong. Gaya lukisannya termasuk dalam aliran eksperesionisme.

Almarhum Affandi telah menerima banyak penghargaan dari Negara-negara di Asia dan Eropa, disamping gelar Doctor Honoris Causa yang diterimanya dari Universitas Singapore. Museum ini terbuka untuk kunjungan umum. Minggu s/d Sabtu 09.00-13.00 WIB.


TOURISM : MUSEUM DEWANTARA KIRTI GRIYA (YOGYAKARTA)

Dewantara Kirti Griya adalah rumah bekas kediaman Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional pendiri lembaga pendidikan Taman Siswa.

Dalam konsep pendidikan beliau, lingkungan sekolah harus memilih suasana kekeluargaan dan oleh karenanya beliau menghendaki untuk bertempat tinggal di dalam lingkungan perguruan yang didirikannya.

Suasana kekeluargaan yang hangat ini hingga kini masih terasa dan dapat dihayati oleh para pengunjung kompleks ini.

System pendidikan Nasional Taman Siswa menggunakan pendekatan budaya dan oleh karenanya tidaklah mengherankan bilamana dalam kompleks ini terdapat pendopo yang indah, yang dipergunakan untuk kegiatan latihan tari dan karawitan para siswa.
 
Top