Kamis, 10 Juni 2010, 12:41 WIB
Smaller  Reset  Larger
The Independent
REPUBLIKA.CO.ID, OXFORD--Sebuah kontroversi ditebar oleh Raheel Reza, seorang wanita penulis buku, asal Kanada. Dia akan mengimami shalat Jumat di Oxford, Inggris, besok. Tak hanya mengimami, dia juga akan menyampaikan khotbah pada kesempatan tersebut.

Dia datang ke Oxford atas undangan Dr Taj Hargey, tokoh pendukung Islam liberal yang mendukung diizinkannya perempuan untuk menjadi imam. "Untuk sholat Jumat, sekarang kami menerima sekitar 100 orang, dua kali untuk sholat Ied dan kesempatan-kesempatan penting," kata Hargey. Bahkan dia berharap bisa sekitar 200 orang hadir dalam shalat Jumat tersebut.

Reza yang kini berusia 60 tahun adalah anggota kelompok kecil yang menamakan dirinya feminis Muslim. Media Barat menilai bahwa kelompok ini terus berkembang. Dia dalam berbagai kesempatan selalu mengkampanyekan perlunya perempuan menjadi imam shalat sebagai wujud kesetaraan gender.

"Tidak ada ayat dalam Alquran yang secara jelas melarang perempuan jadi imam shalat," kata Reza seperti termuat dalam situs The Independent. Atas perilakunya itu, Reza pernah menghadapi ancaman pembunuhan. Ancaman ini datang setelah dia menjadi imam shalat yang makmumnya terdiri dari laki-laki dan perempuan di Toronto, Kanada, lima tahun lalu.

Selain mengimami shalat dan memberikan khotbah Jumat, pada kesempatan itu dia juga akan memimpin syahadat seorang mualaf. Semua yang dijalankan, kata dia, bukan semata-mata hanya terkait dengan pekerjaan sebagai imam," imbuh dia. Lewat kontroversinya, dia mengaku ingin mengingatkan umat Islam bahwa 50 persen pemeluk agama tersebut adalah perempuan yang harus setara dengan laki-laki.

Kontroversi yang disulut Reza ini merupakan pengulangan dari peristiwa yang pernah terjadi  tahun 2005 lalu. Saat itu seorang perempuan bernama Amina Wadud memimpin shalat Jumat dengan makmum perempuan. Kemudian di tahun 2008 dia kembali menjadi imam shalat Jumat di Oxford dengan makmum campuran.
Red: hamim
Sumber: The Independent
 
Top