Skripsi/Undergraduate Theses from digilib-uinsuka / 2009-05-04 13:40:23
By : NUR HATA NIM. 04511714, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Created : 2009-05-04, with 1 files

Keyword : Politik, Gus Dur

ABSTRAK


Hal yang paling menghantui umat Islam di Indonesia adalah keharusan didirikannya sebuah negara Islam. Ini disebabkan karena Islam adalah agama hukum. Menurut Gus Dur, menjadikan Islam sebagai ideologi negara dan pandangan hidup bangsa akan berimplikasi pada banyaknya penyelewengan, mengingat bangsa Indonesia yang heterogen, multikultural serta plural. Gus Dur mengidealkan sebuah negara sekular dalam arti keduanya dihubungkan secara simbiosis-mutualistik. Islam dijadikan sebagai sumber inspirasi atau sumber bagi Pancasila. Oleh karena itulah Gus Dur menerima Pancasila sebagai pandangan hidup dan ideologi negara-bangsa Indonesia.

Penolakan Gus Dur atas Islam yang hendak dijadikan sebagai ideologi, bukan berarti Islam harus disingkirkan jauhjauh dari wilayah duniawi, seperti halnya politik akan tetapi nilai universal yang terkandung dalam Islam harus diserapnya. Karena Islam sendiri adalah agama demokrasi. Demokrasi bukan hanya dalam kelembagaan semata, akan tetapi aspek esensial yang terkandung di dalamnya yang diprioritaskan sebagaimana kebebasan berbicara dan kedaulatan hukum. Untuk itulah demokrasi dalam negara-bangsa Indonesia adalah sebuah keharusan.

Gagasan politik Gus Dur di atas, selain mengadopsi dari khazanah Islam klasik, juga dari pemikiran kontemporer Barat. Keduanya direlasikan secara dialogis guna menjawab kegelisahan dan problematika politik yang ada dalam negara-bangsa Indonesia. Seperti halnya pemikiran Kiri Islam yang ditelorkan oleh Hassan Hanafi yang apresiatif terhadap khazanah Islam klasik, sikapnya atas pemikiran Barat dan pandangannya atas dunia Islam. Lalu bagaimana orientasi Kiri Islam pemikiran politik Gus Dur? Apakah untuk kepentingan pribadinya semata, golongan (NU) atau untuk negara-bangsa Indonesia an-sich. Kemudian, apa basis pemikiran politik Gus Dur? Mengingat Gus Dur sendiri menguasai pemikiran Islam pada era teosentrisma dan Barat di era antroposentrisma.

Metodologi yang digunakan untuk menganalisis permasalahan di atas, adalah CDA (Critical Discourse Analysis). Metode ini berbeda dengan metode yang lainnya sebagaimana analisis wacana atau analisis framing. Metode CDA ini mempunyai kelebihan dalam melakukan multitrack yakni mikro, messo dan makro pemikiran Gus Dur. Sehingga tidak hanya memberikan arti suatu teks semata, akan teapi mampu mendeskripsikan kontekstualitas teks itu terhadap solusi sosiologisnya yang pada gilirannya pada tahap makro mengkritisi temuantemuan data atau melakukan kritik atas sebuah teks itu sendiri.

Dari penjelasan di atas, akhirnya dapat disimpulkan sejumlah temuan atas pemikiran politik Gus Dur. Bahwa orientasi Kiri Islam pemikiran politik Gus Dur, adalah aspek keadilan sosial tanpa keluar dari garis kemanusiaan. Artinya ia menerima finalitas Pancasila dan keharusan demokrasi semata-mata untuk kemaslahatan umat manusia tanpa dibatasi oleh dinding-dinding agama, suku, ras atau budaya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Gus Dur adalah seorang sekular Indonesia yang apresiatif terhadap demokrasi, dengan menggunakan basis keilmuan Barat dan khazanah Islam klasik sebagaimana dalam gagasan Kiri Islam.

Copyrights : Copyright � 2009 by Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Verbatim copying and distribution of this entire article is permitted by author in any medium, provided this notice is preserved.

Give Comment ?#(0) | Bookmark
 
Top