Qadha dan Qadar
Quraish Shihab
Metro TV, 6 Juni 2004
Jam 14.00 – 15.00 WIB Kita akan membicarakan masalah qadha dan qadar/taqdir.
Jaman rasul tidak ada wacana ttg taqdir, baru jaman
umar muncul istilah tsb, kemudian makin berkembang
ketika jaman khalifah ummayyah setelah khalifah ali.


Saat itu, taqdir dipersepsikan salah. Dulu ketika Ali
wafat maka digantikan putranya Hasan, yg ternyata umat
islam pecah, maka dia mengundurkan diri. Lalu Hasan
digantikan oleh adiknya Husein, nah Husein ini dibunuh
oleh bani ummayyah. Kemudian berkuasalah khalifah
ummayyah mengeser Husein. Demi kepentingan politiknya
maka Ummayyah memberikan wacana kepada umat islam, bhw
terbunuhnya Husein itu sudah merupakan taqdir Allah.
Husein tidak dibolehkan memerintah, buktinya adalah
dia tewas, yg diperbolehkan oleh Allah adl dirinya…
Itulah taqdir, begitu wacana sesat yang dihembuskan
ummayyah. Jadi bagaimana makna tadir itu sebenarnya ?
Kita harus kembali kepada keterangan2 Allah lewat
Qurannya.

Menurut firman Allah dlm quran, segala sesuatu itu
sudah ada ukurannya, sudah ada taqdirnya.. Maka taqdir
adalah sebuah rumusan yang Allah tetapkan/berlaku pada
tiap2 sesuatu. Taqdir bisa dikatakan merupakan sistem
Allah yang Dia terapkan pada apapun di dunia ini.
Taqdirnya air laut adalah apabila dia disinari
matahari sampai lama maka akan menguap menjadi awan.
Taqdirnya api kalo disiram air yang cukup maka akan
mati. Taqdirnya kalo manusia rajin dan sabar maka akan
berhasil, taqdirnya kalo manusia malas maka akan
sengsara hidupnya.
Dengan demikian, alam raya kecuali manusia itu tidak
diberi kesempatan utk memilih taqdir2nya. Sedangkan
manusia diberi kebebasan utk memilih taqdir yg
diinginkannya. Bumi diberikan taqdirnya utk urusan
berevolusi hanya satu utk mengitari matahari, dia tdk
boleh mengitari planet atau bintang2 yg lain, bisa
kacau nanti. Sedangkan manusia silahkan memilih taqdir
utk kehidupannya, hanya Allah menganjurkan utk memilih
taqdir yg terbaik utk dirinya, bukan sekedar taqdir
yang baik, tapi yg terbaik.
Sering terdengar bhw jodoh, rizki dan mati adalah
taqdir Allah, padahal semua yg terjadi di dunia ini
adalah taqdir (rumusan2) dari Allah. Seringkali kita
baru katakan itu taqdir kalao kita mendpt musibah,
padahal apabila kita mendpt kesuksesan dan kebahagiaan
itu juga taqdir dari sekian taqdir yg kita pilih.
Rumusan2 Allah itu tertuang dalam Lauhil Mahfudh yang
mencakup rumusan Qadha dan Qadar/Taqdir tadi. Jadi
Lauhil Mahfudh adalah ibarat sebuah prasasti yang
menyimpan ilmu2 Allah yang terpelihara. Perbedaan
Qadha dan qadar adalah :
Qadha itu adalah rumusan2 Allah secara global, spt
misalkan bahwa tiap makhluk yang bernyawa pasti mati
Qadar/taqdir adalah rumusan2 Allah yang terinci atau
rinciannya, spt misalnya ayam akan mati pada saat apa
dan dimana.
Jadi kesimpulannya adalah qadha dan qadar adalah
sistem Allah yang berlaku di dunia ini pada siapapun
dan apapun. Hanya kita sebagai manusia dipersilahkan
utk memilih taqdir, mau beriman silahkan, mau kafir
juga boleh masing2 ada taqdirnya. Allah menghendaki
kita memilih taqdir yg terbaik buat kita. Sedangkan
alam raya ini tdk bisa memilih taqdirnya.
Nah, alam raya ini sengaja Allah hamparkan di muka
bumi ini agar kita bisa memilih dan menemukan taqdir
yg terbaik utk kita. Pilihan rizki terbaik, jodoh
terbaik, karir terbaik, kesejahteraan terbaik, nasib
yang terbaik dll harus kita usahakan sendiri.
Mengenai nasib yang menimpa manusia, Allah tidak
menentukan tapi manusialah yg menentukan sendiri
nasibnya. Ibaratnya Allah sudah kasih tahu kepada
manusia apabila dia berbuat A maka dampaknya X, tapi
kalo berbuat B maka dampaknya Y. Nah apabila manusia
milih A maka dia akan bernasib X… Jadi bukan Allah
yg menentukan nasib manusia tapi manusianyalah yg
memilih utk itu.
NB :
Doa dapat mengubah taqdir. Allah berfirman Dia mampu
menghapus apa yg sudah ditetapkan, nah dg Doa itulah
taqdir kita akan berubah. Tapi sistem global Allah
tetap tidak akan berubah.
 
Top