عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بِنْ عَمْرٍو الأَنْصَارِي الْبَدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ .           [رواه البخاري ]


Kosa kata / مفردات :
أدرك : diketahui, didapatkan    النبوة               : kenabian
لم      : huruf nafi, artinya: tidak    تستح (تستحي)  : (engkau) malu .
(فـ)ـاصنع : (maka) perbuatlah    شِئْـ(ـت)       : (yang engkau) sukai

Terjemah hadits /     ترجمة الحديث :
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Anshary Al Badry radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya ungkapan yang telah dikenal orang-orang dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah :  Jika engkau tidak malu perbuatlah apa yang engkau suka . (Riwayat Bukhori)

Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1.    Malu merupakan tema yang telah disepakati oleh para nabi dan tidak terhapus ajarannya.
2.    Jika seseorang telah meninggalkan rasa malu, maka jangan harap lagi (kebaikan) darinya sedikitpun.
3.    Malu merupakan landasan akhlak mulia dan selalu bermuara kepada kebaikan. Siapa yang banyak malunya lebih banyak kebaikannya, dan siapa yang sedikit rasa malunya semakin sedikit kebaikannya.
4.    Rasa malu merupakan prilaku dan dapat dibentuk. Maka setiap orang yang memiliki tanggung jawab hendaknya memperhatikan bimbingan terhadap mereka yang menjadi tanggung jawabnya.
5.    Tidak ada rasa malu dalam mengajarkan hukum-hukum agama serta menuntut ilmu dan kebenaran . Allah ta’ala berfirman : “ Dan Allah tidak malu dari kebenaran “ (33 : 53).
6.    Diantara manfaat rasa malu adalah  ‘Iffah (menjaga diri dari perbuatan tercela) dan Wafa’ (menepati janji)
7.    Rasa malu merupakan cabang iman yang wajib diwujudkan.

Tema hadits / موضوعات الحديث :
 Menumbuhkan rasa malu sesuai proporsinya : 33 : 53
 
Top