( Update : Artikel ini berisi analisis bahwa pompa air tenaga gravitasi seperti pada gambar TIDAK MUNGKIN BERHASIL. Jadi artikel ini tidak membahas tentang cara membuat pompa air tenaga gravitasi )
Pompa air tenaga gravitasi yang bisa memompa air dari sumur tanpa memerlukan bahan bakar maupun listrik tentu menjadi impian semua orang. Sudah banyak pula eksperimenter yunior yang menggambar desain serta membuat prototypenya baik berupa miniatur maupun dalam skala penuh.
Konsultasi dengan orang yang menguasai mekanika sudah dilakukan. Hitung-hitungan juga sudah dilakukan dan hasilnya sangat meyakinkan bahwa pompa pasti bisa bekerja karena berat air dalam drum ( 4 ) jauh lebih besar daripada berat air dalam pipa yang menuju sumur ( 3 ). Semua sudah tampak sempurna dan tinggal diujicoba. Namun sayang, impian tadi harus buyar ketika prototype tidak bisa bekerja sesuai harapan. Tanpa kenal menyerah, gambar desain dibuka kembali, angka-angka dihitung ulang, serta sambungan-sambungan diperiksa kalau-kalau ada yang bocor. Namun tidak satupun kesalahan maupun cacat cela yang bisa ditemukan. Akhirnya diputuskan untuk mengganti pipa dengan ukuran yang berbeda,
yang menuju sumur diganti yang lebih kecil sedangkan yang menuju kran diganti yang lebih besar. Setelah dicoba lagi, ternyata hasilnya nihil dan pompa tetap tidak bisa bekerja. Setelah beberapa kali coba-coba, akhirnya sang eksperimenter yunior frustasi dan menyerah kalah karena kegagalan yang menyakitkan tanpa pernah tahu sebabnya. Sejak saat itu, sang eksperimenter yunior memilih berhenti menjadi penjelajah teknologi dan kembali menjadi orang biasa lagi dan menangalkan status eksperimenternya. Seperti itulah kira-kira pengalaman pahit yang dialami beberapa eksperimenter yang pernah membuat pompa air tenaga gravitasi seperti pada gambar. Waktu, tenaga, pikiran, maupun uang terbuang percuma tanpa hasil.
Seandainya eksperimenter tersebut mau mempelajari mekanika fluida, tentu akan bisa menemukan masalah yang menyebabkan kegagalan pompa tersebut tanpa harus frustasi segala. Kekeliruan telak yang ia lakukan adalah salah mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi kerja sistem yang didesain yaitu :
• Menurut asumsinya, total gaya berat air yang akan bekerja pada sistem. Prinsipnya seperti jungkat-jungkit, jika kuasa lebih besar daripada beban maka pasti bisa mengangkat. Setelah dihitung, kuasa ( m2 x h2 ) lebih besar daripada beban ( m1 x h1 ). Kesimpulannya, pompa pasti bisa bekerja.
• Kenyataannya sistim tersebut bekerja bukan berdasarkan prinsip jungkat-jungkit atau tuas melainkan berdasarkan prinsip mekanika fluida. Jadi hanya tekanan hidrostatik dan tekanan atmosfer saja yang berpengaruh pada sistem tersebut, sedangkan total gaya berat air ternyata tidak mempengaruhi kerja sistem tersebut. Jika dihitung, ternyata tekanan yang mendorong air dari C ke B lebih besar daripada tekanan yang mendorong air dari A ke B sehingga tidak mungkin air di A mengalir ke C. Dengan demikian, pompa tidak akan pernah bekerja.
Pada kasus kegagalan eksperimen STIKA ABADI yang lain, juga terjadi kekeliruan semacam itu dalam mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi kerja sistem. Namun hal itu akan dibahas dalam artikel yang lain jika ada yang penasaran. Terimakasih dan salam eksperimen.
Ketertarikan para eksperimenter terhadap desain maupun prototype Pompa Air Tenaga Gravitasi dari waktu ke waktu tidak pernah surut. Dengan adanya kenaikan harga BBM dan kenaikan TDL, ketertarikan tersebut berubah menjadi obsesi berdasarkan keyakinan bahwa Pompa Air Tenaga Gravitasi tersebut merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah energi yang berkepanjangan. Bahkan pada dekade delapanpuluhan, ada salah satu stasiun TV yang menayangkan ujicoba prototype yang diyakini sukses oleh banyak orang. Sebagian besar orang amat terkesan dengan penemuan yang spektakuler tersebut. Betapa tidak, dengan Pompa Air Tenaga Gravitasi tersebut, orang dapat menaikkan air dari sumur ke permukaan tanah tanpa memerlukan bahan bakar maupun listrik. Tinggal putar keran, maka air akan naik dari sumur melalui pipa dan drum dan keluar dari keran menuju bak atau ember.
Kemudian ide tersebut berkembang lebih lanjut untuk membuat pompa dengan ukuran besar. Dengan pompa ukuran besar, maka jumlah air yang dihasilkan juga lebih besar sehingga dapat digunakan untuk menggerakkan kincir atau turbin air. Selanjutnya, kincir atau turbin digunakan untuk menggerakkan generator sehingga dapat menghasilkan listrik. Untuk menghemat air, maka air yang telah digunakan untuk memutar kincir atau turbin dikembalikan lagi ke sumur untuk dipompa lagi sehingga membentuk suatu siklus. Jadi secara keseluruhan, sistem tersebut dapat dikatakan sebagai pembangkit listrik tenaga gravitasi yang dapat menghasilkan listrik tanpa bahan bakar. Sungguh merupakan suatu ide yang brilian, yang pasti didukung oleh masyarakat luas yang sedang mengalami krisis energi.
Ditengah optimisme dan euforia para pendukung Pompa Air Tenaga Gravitasi tersebut, ternyata ada segelintir eksperimenter yang skeptis dengan ide brilian tersebut. Saya adalah salah satu yang paling getol mengajukan argumen bahwa ide tersebut mustahil untuk diwujudkan karena berlawanan dengan hukum alam. Hukum alam pertama yang dilawan yaitu bahwa air dalam sistim pipa hanya dapat mengalir dari yang bertekanan lebih tinggi menuju ke yang bertekanan lebih rendah. Tentang hal itu telah saya bahas dalam tulisan saya terdahulu. Hukum alam kedua yang dilawan yaitu hukum kekekalan energi mekanik. Hukum tersebut sederhana dan sudah clear dan dalam konteks pompa gravitasi tidak mungkin salah.
Untuk memindahkan suatu benda ke tempat yang lebih tinggi, diperlukan usaha yang besarnya sama dengan perubahan energi potensial
Selain adanya kemustahilan berdasarkan analisa tekanan dan analisa energi mekanik, juga terdapat kejanggalan dari sisi sosialisasi dan komersialisasi dari pompa jenis tersebut. Pompa Air Tenaga Gravitasi dipublikasikan pertama kali pada dekade delapan puluhan atau sekitar 20 tahun yang lalu. Seandainya temuan tersebut dipatentkan pada waktu itu juga, maka patent tersebut telah atau hampir kadaluwarsa. Yang janggal, pompa tersebut sampai sekarang belum pernah diproduksi dan dipasarkan kepada masyarakat umum padahal telah ditemukan sejak lama. Demikian juga tidak ada satupun lembaga ilmu pengetahuan semacam LIPI,
BPPT, maupun perguruan tinggi dan pabrikan yang menyatakan bahwa Pompa Air Tenaga Gravitasi seperti pada gambar maupun variannya dapat bekerja sesuai dengan abstraksi desainnya. Oleh karena itu, saya berkesimpulan bahwa berita penemuan Pompa Air Tenaga Gravitasi yang sangat spektakuler tersebut merupakan berita bohong belaka ( HOAX, hoak….hoak….saya mau muntah….maaf ). Berkaitan dengah hal itu, saya membuka kesempatan untuk semua netter yang memiliki informasi yang berkaitan dengan Pompa Air Tenaga Gravitasi tersebut untuk berbagi informasi di forum ini. Informasi tersebut bisa berupa URL, nama lembaga, atau nama orang yang mempunyai bukti fisik atau dokumentasi tentang Pompa Air Tenaga Gravitasi.
Terimakasih dan salam eksperimen.
Tergelitik dengan banyaknya coment pada dua artikel saya sebelumnya yaitu POMPA AIR TENAGA GRAFITASI dan POMPA AIR TENAGA GRAFITASI 2 , maka saya posting lagi yang mengupas tentang masalah tersebut lebih lanjut. Bukan untuk memperpanjang lagi diskusi yang memang sudah panjang dan diwarnai beberapa debat kusir, tapi untuk memperjelas duduk persoalan yang sebenarnya agar tidak ada salah paham tentang masalah yang sedang didiskusikan maupun tujuan saya membahas masalah tersebut.
Pertama, saya perlu meluruskan bahwa yang saya maksud dengan istilah Pompa Air Tenaga Gravitasi adalah pompa air yang yang disain ataupun prinsip kerjanya sama persis atau serupa dengan gambar dalam posting saya terdahulu. Menurut beberapa pihak, pompa seperti itu diyakini bisa menaikkan air tanpa listrik dan tidak diperlukan masukan energi apapun kecuali ketika mengisi drum dan pipa dengan air pertama kali alias gratis-tis. Jadi, pompa yang saya maksud jelas bukan pompa Hidram (Hydraulic Ram) seperti yang diduga oleh beberapa comenter, meskipun pompa Hidram juga menggunakan energi potensial gravitasi untuk dapat beroperasi. Energi pompa hidram diperoleh dari energi mekanik air yang meluncur melalui pipa pesat yang menyebabkan sebagian (kecil) air naik melalui pipa pengantar ke tempat yang lebih tinggi. Pada pompa hidram, jumlah energi mekanik yang terkandung dalam air yang masuk lebih besar dibandingkan jumlah energi mekanik yang terkandung dalam air yang dinaikkan sehingga tidak melawan hukum alam (hukum kekekalan energi).
Beberapa hari yang lalu ketika saya sedang mencari referensi tentang PLTGL (Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut), tanpa sengaja saya mendapatkan sebuah artikel yang berjudul yang ditulis oleh saudara Ading Mulyadi di website LPMP Jawa Barat (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Barat). Dalam tulisan tersebut, diuraikan secara detail tentang cara pembuatan dan cara kerja sirkulator pompa gravitasi yang dilengkapi dengan gambar yang sangat jelas. Pada bagian terakhir, diruraikan pula keunggulan dan kelemahan alat tersebut. Tanpa mengurangi hormat saya pada saudara Ading Mulyadi dan tanpa mengurangi penghargaan saya atas usahanya menulis artikel tersebut,
saya berkeyakinan bahwa SIRKULATOR POMPA GRAVITASI (Tips Menghemat Listrik) SIRKULATOR POMPA GRAVITASI yang dibuat mengikuti petunjuk dalam artikel tersebut tidak akan pernah dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan. Hal itu disebabkan prinsip kerja sirkulator tersebut melawan hukum alam (hukum kekekalan energi), seperti halnya dengan POMPA AIR TENAGA GRAVITASI yang telah saya uraikan. Cara kerja SIRKULATOR POMPA GRAVITASi secara prinsip sama persis dengan cara kerja POMPA AIR TENAGA GRAVITASI,
dan keduanya juga diyakini dapat bekerja tanpa masukan energi dari luar kecuali pada saat pengisian air pertama saja. Jika dicoba, hasilnya juga akan sama saja yaitu akan keluar air beberapa saat, kemudian berhenti setelah tercapai keseimbangan tekanan. Jadi, keluarnya air (untuk beberapa saat) tersebut sama sekali tidak membuktikan bahwa alat tersebut “telah berhasil bekerja” tapi kemudian macet karena suatu sebab. Demikian juga pada POMPA AIR TENAGA GRAVITASI,
keluarnya air yang cukup lama dan banyak (bahkan bisa sampai 1 drum) juga tidak membuktikan apapun karena keseimbangan tekanan akan dicapai setelah semua air dalam drum keluar dan digantikan oleh udara jika tidak dilengkapi dengan leher angsa atau jika terjadi kebocoran. Jika dilengkapi leher angsa dan tidak ada kebocoran, keseimbangan tekanan akan tercapai ketika drum telah berhenti mengempes. Jika ketinggian vertikal kolom air melebihi batas yang mampu ditahan oleh tekanan atmosfer (sktr 10 meter atau lebih), maka akan tercipta ruang hampa pada pipa dan drum bagian atas ketika tercapai keseimbangan tekanan.
Pada kesempatan lain, saya juga menemukan sebuah file presentasi powerpoint (.ppt) di blog sebuah LSM lingkungan hidup Lingkaran Nurani yang ditulis oleh saudara Muhammadun H. Adam (direktur yang menangani energi dan sumber daya mineral). Presentasi berjudul
PILOT PROJECT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR TERJUN BUATAN {PLTATB} tersebut memaparkan masalah kelangkaan energi (listrik), kelemahan-kelemahan sistim pembangkit listrik yang ada, dan menawarkan sebuah solusi yang dinamakan PLT ATB. Dengan penjelasan secara verbal (tidak dilengkapi gambar), saudara Muhammadun H. Adam menguraikan penemuannya yang berlandaskan gabungan hukum bejana berhubungan dan hukum Pascal. Tanpa mengurangi hormat saya pada saudara Muhammadun H. Adam dan tanpa mengurangi penghargaan saya atas usahanya menyiapkan presentasi sepanjang 29 slide tersebut, saya berkeyakinan bahwa PLT ATB tersebut tidak akan pernah dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan. Masalahnya, lagi-lagi adalah karena melawan hukum alam (hukum kekekalan energi). Selain itu juga terjadi ketidaksesuaian kondisi dalam penggabungan hukum bejana berhubungan dengan hukum Pascal. Hukum bejana berhubungan berlaku jika tekanan udara (atau gas) diatas permukaan air (atau zat cair) sama, seperti pada udara terbuka atau di ruang hampa udara. Sedangkan hukum Pascal yang dimaksud hanya berlaku jika air (atau zat cair)
berada dalam ruangan tertutup seperti yang diterapkan pada sistim hidrolik dan pneumatic. Dalam ruang terbuka, penambahan tekanan hanya dapat dilakukan dengan menambah ketinggian vertikal kolom air yang menaikkan tekanan hidrostatik pada bagian dasar bejana. Karena penjelasan dalam slide tidak dilengkapi gambar/sketsa, maka saya sulit membayangkan seperti apa desain dari PLT ATB yang diyakini dapat bekerja terus-menerus tanpa memerlukan masukan energi dari luar.
Secara prinsip, SIRKULATOR POMPA GRAVITASI maupun PLT ATB dapat digolongkan dalam genre stika abadi atau overunity yang diyakini dapat bekerja terus menerus tanpa masukan energi dari luar. Beberapa diantaranya bahkan diyakini dapat menghasilkan energi dari ketiadaan (menciptakan energi) seperti PLT ATB, Parendev Motor, Hummingbird/Sundance Generator, dan sebagainya. Desain maupun cara kerja alat-alat tersebut ada yang mirip dan adapula yang berbeda jauh satu sama lain. Adapun tenaga penggerak yang digunakan pada umumnya adalah salah satu atau kombinasi dari magnet permanen, elektromagnet, gravitasi bumi, tekanan air, tekanan udara, gaya apung, gaya kapiler, dsb. Beberapa diantara desain tersebut bahkan sudah dipatenkan oleh penemunya. Yang menarik (atau anehnya), sampai sekarang belum ada satupun dari alat-alat tersebut yang diproduksi massal atau yang kita temukan di pasaran umum. Jika saja tersebut dapat bekerja seperti yang sering diklaim oleh para penemunya, maka dunia ini tentu akan damai sejahtera dan aman sentosa karena tidak akan ada krisis energi dan tidak ada perang memperebutkan minyak. Namun itu hanya otopia karena bertentangan hukum alam (hukum kekekalan energi) yang telah berlaku sejak alam raya terbentuk dan masih akan terus berlaku selama alam raya masih ada, tidak peduli kita percaya entah tidak.
Melakukan eksperimen tentang stika abadi (perpetual engine) apapun jenisnya, bukanlah merupa kejahatan kanstika abadi (perpetual engine) yang sudah dicoba untuk dibuat orang sejak ratusan tahun lalu dan bahkan dapat memajukan IPTEK. Namun jika digunakan untuk melakukan pembohongan publik apalagi penipuan, jelas merupakan tindakan yang tidak dapat dibenarkan. Oleh karena itu, masyarakat mesti bersikap kritis terhadap pihak-pihak yang mengklaim telah menemukan teknologi yang dapat menghasilkan energi (utamanya listrik) tanpa masukan energi dari luar sistem atau penemuan bahan bakar jenis baru (apapun namanya) yang dibuat (disintesa) dari bahan yang tidak mengandung unsur karbon dan hidrogen, ataupun yang sudah dalam keadaan energi rendah (air, karbon dioksida, dsb). Jika ada para netter yang mendapatkan informasi tentang klaim seperti itu, dapat menginformasikannya pada forum ini untuk kita analisa dan kritisi bersama. Kalau temuannya memang masuk akal (tidak bertentangan dengan hukum-hukum alam) kita adan dukung, dan kalau tidak masuk akal akan kita bedah bersama bagian mana yang tidak masuk akal. Kalau penemunya tetap ngotot meski dasarnya lemah, kita musti siap untuk adu argumen. Jika penemunya kalah argumen tapi masih ngeyel juga, kita bisa undang yang bersangkutan untuk mendemokan alatnya di depan publik. Sebelum dan sesudah demo alat, tentu saja dilakukan pemeriksaan alat secara seksama untuk mencegah kemungkinan adanya komponen tersembunyi untuk mensuplay energi.
Dengan demikian, masyarakat tidak lagi menjadi korban pembohongan publik maupun penipuan yang dapat merugikan masyarakat dan negara. Kita harus belajar dari kasus penipuan oleh Dennis Lee dengan Hummingbird/Sundance Generator di Amerika dan Canada yang sudah meraup jutaan dolar. Kita harus belajar dari kasus Djoko Suprapto dengan Pembangkit Listrik Jodipati dan Blue Energy yang mempermalukan bangsa kita dan meraup milyaran rupiah. Bagaimana denganPembangkit Listrik Tenaga Mekanik Gravitasi temuan Jhoko pasiro ??? Kita tunggu saja kabar selanjutnya, semoga saudara Mahfud tetap tegar dalam perjuangan menegakkan rasionalitas keilmuan di tengah masyarakat yang cenderung untuk berfikir/bertindak irasional karena panik menghadapi krisis energi yang tidak jelas sampai kapan.
Terimakasih dan salam eksperimen.