Fitrah dasar manusia adalah dekat dengan Allah atau ganderung kepada kebenaran dan harmonis dengan sesama. Jika fitrah dasar ini terpenuhi, maka hati manusia menjadia tenteram. Dalam sebuah ayat disebutkan bahwa “hanya dengan mengingat Allah hati menjadi damai”. Seorang mukmin harus yakin bahwa garansi kedamaian hati itu hanya Allah, bukan yang lain. Maka itulah makna la ilaha illallah.
Selagi ada yang lain selain Allah dalam hati manusia, selama itu pula hatinya tidak akan menemukan kedamaian. Kebahagiaan hakiki adalah ketika hati merasa pasrah total bersandar kepada Allah. Tidak ada kebahadian melebihi hal itu. Maka belajarlah mencari dan mengenal Allah secara benar. Jalan yang sangat praktis diajarkan Islam dengan mengamal ajaran Islam.
Allah ada kaitan dengan manusia dan alam semesta. Karena manusia dan alam semesata adalah rasia-Nya. Demikian juga manusia dan alam semesta sangat bererat kait dengan Allah karena Allah adalah rahasianya juga. Tanpa Allah tidak akan bisa tegak adanya manusia dan alam semesta dan manusia serta alam semesta menjadi wujud di mana Allah menunjukkan dirinya.
Oleh karena itu, sumber ketenangan manusia berikutnya adalah keharnonisan dengan sesamanya—manusia dan alam semesta. Kata uns yang menjadi akar kata al-insan bermakna harmonis. Artinya manusia itu membawa fitrah keharmonisan dalam dirinya. Seiring sekata dengan fitrahnya dekat dan cenderung kepada Allah.
Belajar mencari Allah al-Qur`an membrikan rahasia yang sangat nyata. Bahwa pada langit dan bumi serta diri manusia itu telah diperlihatkan bukti keberadaan-Nya. Bahkan Dia katakan bahwa diri-Nya lebih dekat dari urat nadi pada batang leher. Renungkanlah, apa sesungguhnya yang lebih dekat dengan dengan urat nadi itu. Mengapa manusia lalai dan bodoh tidak atau kurang memikirkannya. Mengapa sibuk berteori sana sini membahas wujud dan eksistensi Allah. Allah itu tidak perlu diseminarkan tetapi direnungkan dan dirasakan melalui mata kepala dan mata hati kemudian nikmati keberadaan-Nya.
Allah sangat nyata keberadaannya. Memang modal pokonya adalah iman dulu. Tetapi setelah beriman lalu mau apa jika tidak menemukan keberadaan-Nya. Cermatilah Ibrahim a.s., beliau sudah sangat yakin akan Allah Yang Maha Ada tetapi masih saja Ibrahim minta bukti kekuasaan. Allah balik bertanya: apakah engkau tidak percaya bahwa aku Ada?Ibrahim menjawab: aku percaya wahai Tuhanku, tetapi aku ingin hatiku ini tenteram (lebih yakin).
Jadi berupayalah untuk tidak sekedar percaya. Belajarlah menemukan-Nya.
Selamat berjihatd merenung dan belajar melihat Allah.
Wallahu A'lam