Kamis, 25 Maret 2010 16:40
Makassar, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) telah menjadi perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Papua, salah satu kawasan Indonesia yang masuk kategori rawan konflik. NU telah memainkan peran yang baik di Papua, terutama pada saat dipimpin oleh KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur (alm).Demikian disampaikan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Papua dalam penyampaian pemadangan umum atas laporan pertanggungjawaban PBNU di auditorium utama Muktamar ke-32 di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Kamis (25/3).
“Papua sangat menerima NU, terutama Gus Dur yang oleh orang Papua disebut sebagai bapak demokrasi, bapak orang Papua,” kata Wanggai yang menyatakan asli orang Papua.
Dikatakan, pada saat Gus Dur meninggal, orang papualah yang pertama kali mengusulkan tokoh NU itu menjadi pahlawan nasional.
Sementara itu perwakilan wilayah Papua Barat dalam penyampaian pemandangan umumnya menyatakan prihatin terhadap munculnya berbagai peraturan daerah atau Perda yang memaksakan salah satu agama yang dinilai mengancam NKRI.
“Kami meminta PBNU untuk bisa mengatasi perda injil ini. Meskipun belum ditetapkan tapi telah tertulis dimana-mana bahwa akan dipasang salib di masjid, dilarang adzan dengan pengeras suara, dan ibu-ibu disuruh melepas jilbabnya,” kata Ketua PWNU Papua Barat M. Cholid.
Sementara itu PWNU Aceh dalam pemandangan umumnya mengucapkan terimakasih kepada PBNU atas bantuan yang diberikankepada warga Aceh pada saat terjadinya musibah tsunami.
“Mewakili warga masyarakat Aceh kami mengucapkan terimakasih kepada PBNU. Dan kami ingin Aceh menjadi tuan rumah muktamar NU ke-33 atau ke-34 mendatang,” kata Rais Syuriyah PWNU Aceh, Nurul Zahid Yahya. (nam)